Kehidupan Hewan di Lingkungan Biotik

25/11/2020
ARTIKEL IV
EKOLOGI HEWAN

“  Kehidupan Hewan di Lingkungan Biotik “

Nama : Syaiful Azhar
NIM : 0310182099
Kelas : Tbio -2

A. Komunitas Dalam Ekosistem
2.1  Pengertian Komunitas
Dalam pembahasan komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi (Indriyanto, 2008).
Komunitas dapat diartikan sebagai beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang bersamaan pula, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas.   Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut (Resosoedarmo,1989).
Perubahan komunitas yang sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan berlangsung terus sampai pada suatu saat terjadi suatu komunitas padat sehingga timbulnya jenis tumbuhan atau hewan baru akan kecil sekali kemungkinannya.  Namun, perubahan akan selalu terjadi.  Oleh karena itu, komunitas padat yang stabil tidak mungkin dapat dicapai.  Perubahan komunitas tidak hanya terjadi oleh timbulnya penghuni baru, tetapi juga hilangnya penghuni yang pertama (Pringgoseputro,1998).
Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk hidup lain, juga mengalami serta menjalani siklus hidup. Komunitas ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya dalam kumpulan ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatau derajat keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan hewannya secara bersama telah menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas (Resosoedarmo,1989).
Bila ditinjau kembali dari segi deskriptif suatu komunitas dicirikan oleh komposisinya yang tertentu. Komposisinya bisa berubah apabila terdapat komunitas lain datang dalam jumlah banyak sehingg terdapat pembatas antara komunitas lama dan baru. Namun, dengan berjalannya waktu pembatas tersebut akan berangsur-angsur hilang, Perubahan-perubahan komposisi berkaitan dengan perubahan faktor-faktor lingkungan, misalnya topografi, kelembapan, tanah, tamperatur dan iklim bila mencakup kawasan yang luas (Resosoedarmo,1989).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut biotop sepertihamparan lumpur, pantai pasir, gurun pasir dan unit lautan yang dtentukan oleh sifat fisiknya. Biotop yang dicirikan oleh unsur organisme nya, misalnya pada alang-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya (Pringgoseputro,1998).
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik (Resosoedarmo,1989).

2.2   Macam-macam Komunitas 
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :
1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam.
  
 ( Sumber : ekologi. Edu )
Tumbuhan akuatik, intensitas cahaya sangat menentukan penggunaan energy untuk fotosintesis.Tumbuhan kekurangan energy jika intensitas cahaya berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin jauh cahaya matahari yang dapat tembus kedalam perairan dan dengan begitu akan banyak ditemukan tumbuhan laut seperti lamun yang memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis (Pringgoseputro,1998).
2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.
 
(sumber :ekologi. Edu)
Struktur umum dari lingkungan terestrial adalah:
a. Autotrof
Ciri yang menonjol dari komunitas terestrial (darat) adalah adanya dominasi dari tumbuhan-tumbuhan hijau yang bersifat autotrof, berakar besar sehingga menyediakan penaungan untuk organisme-organisme lain serta memainkan peran penting dalam mempertahankan dan mengubah permukaan bumi. Vegetasi  yang merupakan istilah umum digunakan untuk semua tumbuh-tumbuhan dari suatu daerah adalah suatu ciri khas untuk mengklasifikasi dan menamai komunitas-komunitas darat.

b. Konsumen-Konsumen Makro (Fagotropik)
Komunitas terestrial memiliki keanekaragaman konsumen-konsumen primer, tidak hanya meliputi binatang-binatang kecil seperti insekta tetapi ada pula herbivora-herbivora besar seperti mamalia berkuku.
c. Mikrokonsumen-Mikrokonsumen
Organisme-organisme yang menjalankan peran penting seperti proses mineralisasi bahan-bahan organik pada lingkungan darat berupa bakteri, jamur, protozoa serta binatang-binatang kecil lainnya (Frick, 2007).
2.3  Karakter Komunitas
Berikut adalah jenis – jenis karakter komunitas :
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme (Resosoedarmo,1989).
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan (Resosoedarmo,1989).
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya ( Odum, 1994).
Suksesi adalah proses perubahan dalam komunitas menuju ke satu arah, berlangsung lambat, secara teratur, pasti dan dapat diramalkan (Irwan, 1992).
Suksesi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami gangguan yang berat sekali, sehingga komunitas awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak total, menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan akhirnya terjadilah habitat baru.
2. Suksesi sekunder yaitu prosesnya sama dengan yang terjadi pada suksesi primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal pada habitatnya. Ekologi tersebut mengalami gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada komunitas yang tersisa.

2.4  Konsep pola komunitas dan pola distribusi
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut pola komunitas.
( Barbour, 1999 ). 

2.4.1  Pola Komunitas 
Tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas adalah sebagai berikut : 
1. Gradasi komunitas (community gradient, coenocline) yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi. 
2. Kompleks gradasi (complex gradient) yang terdiri dari gradasi lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama serta gradasi elevasi (elevation gradient) termasuk faktor-faktor penurunan suhu rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya, kearah ketinggian yang meningkat. 
3. Gradasi ekosistem (ecocline), yang dalam hal ini kompleks gradasi dan gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi komunitas dan lingkungan (Pringgoseputro,1998).
2.4.2 Pola Distribusi 
Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relative terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi bias bermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok (Barbour,1999).
1. Penyebaran secara teratur (regular dispersion) dengan individu – individu yang kurang lebih berjarak sama satu dengan yang lain, jarang terdapat di alam, tetapi umumnya di dalam suatu ekosistem yang dikelola, dan disini tanaman atau pohon memang sengaja datur seperti itu yaitu jarak yang sama untuk menghasilkan produk yang optimal (Setiono, 1999).
2. Penyebaran acak (random dispersion) juga sangat jarang terjadi dialam. Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila factor lingkunganya sangat seragam unuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat – sifat untuk berkelompok dai organisme tersebut,, dalam tumbuhan ada bentuk – bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan tumbuhan (Azhari, 2007).
3. Penyebaran secara merata, umum terdapat padaa tumbuhan. Penyebaran seacam ini terjadi apabila adapersaingan yang kuat diantara individu – individu dalam populasi tersebut. Pada tumuhan misalnya untuk mendapatkan nutrisi dan ruang (Lestari, 2001).
4. Penyebaran secara berkelompok (clumped dispersion) dengan individu – individu yang bergerombol dalam kelompok – kelompok adalah yang paling umum terdapat dialam, terutama untuk hewan (Hastuti, 2007).

2.5 Interaksi Antar Spesies Anggota Populasi
Interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbale balik). Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antar spesies anggota populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negative, atau nol (Odum, 1994).
1. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita (Resosoedarmo,1989).
Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
 
(Sumber: ekologi. Edu).
c. Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contoh : Plasmodium dengan manusia, Taenia saginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.
 
(Sumber: ekologi. Edu).
d. Komensalisme adalah merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
 
(Sumber:ekologi. Edu).
e. Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan atau tumbuhan berbunga dengan kupu – kupu atau lebah.
 
(Sumber: ekologi. Edu).
2. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut: 
a. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik.
 
(Sumber: ekologi. Edu).
b. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput (Pringgoseputro,1998).
 
(Sumber: ekologi. Edu).
3. Interaksi Antar Komunitas
Interaksi antar komunitas merupakan interaksi yang terjadi antara komunitas yang satu yang terdiri dari beberapa populasi yang berbeda dengan komunitas yang satunya didaerah. Interaksi antar komunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga aliran enrgi dan makanan. Interaksi ini dapat diamti pada daur carbon (karena melibatkan ekosistem yang berbeda (laut dan darat) ( Aryulina, dkk, 2004 ). 
4. Interaksi Antar komponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru (Soeriaatmadja, 1989).

2.6 Analisis Komunitas 
1. Indeksi dominansi
Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan terpusatnya dominansi (penguasaan) spesier dalam suatu komunitas. Penguasaan atau dominansi spesies dalam komunitas bisa terpusat pada suatu spesies, beberapa spesies atau pada banyak spesies yang dapat diperkirakan dari tinggi rendahnya indeks dominansi ( ID )
ID = ∑ (n.i/N)2
Keterangan : 
ID= Indeks dominansi
n.i=nilai penting tiap spesies ke-i
N=total nilai penting
Apabila nilai ID tinggi, maka dominansi (penguasaan) terpusat terdapat pada suatu spesies. Tetapi apabila nilai ID rendah, maka dominansi terpusat pada beberapa spesies (Indriyanto,2010).
2. Kelimpahan
Kelimpahan organisme adalah jumlah individu pada suatu area. Cara menghitung kelimpahan yang paling akurat adalah dengan cara menghitung setiap individu pada area tersebut. Umumnya tidak dapat menghitung semua individu dalam ekosistem dan walaupun mungkin, maka dibutuhkan waktu yang banyak. 
Kelimpahan dapat diukur dengan dua cara yaitu:
a. Kelimpahan absolut atau jumlah individu-individu per unit area. 
b. Kelimpahan relatif adalah populasi spesies yang mendukung kelimpahan  total. 

Rumus nilai kelimpahan adalah : 
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan yaitu natalitas, mortalitas, imigrasi, emigrasi, kompetisi, predasi dan waktu (Indriyanto,2010).
3. Keanekaragaman
Menurut Odum (1993), menyatakan bahwa ada dua komponen keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis dapat dihitung dengan indeks jenis atau area yakni jumlah jenis per satuan area. Kesamarataan atau akuitabilitas adalah pembagian individu yang merata di antara jenis. Namun pada kenyataan setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Kesamarataan menjadi maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama atau rata, cara sederhana mengukur keanekaragaman jenis adalah menghitung jumlah jenis  (S) atau spesies richnes. 




Seperti formulasi berikut ini :      
  H = - Σ{(ni/n)ln (ni/n)}

di mana:
H = Indeks Keanekaragaman
ni = jumlah individu
n = jumlah total individu
dengan kriteria:
H’ < 1 = Menunjukkan tingkat keanekaragamanjenis yang rendah
1>H’ >3 = Menunjukkan tingkat keanekaragamanjenis yang sedang
H’>3 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi


B. Rantai Makanan Yang Melingkupi Piramida Makanan 

1. Pengertian Piramida Makanan
 
Piramida makanan adalah sebuah gambaran yang menampilkan informasi tentang pengelompokan ekosistem yang membandingkan komposisi dan jumlah biomassa. Komposisi dan jumlah biomassa tersebut dikelompokkan dari mulai produsen, konsumen I, konsumen II, dan konsumen III.
Pada sebuah ekosistem yang normal, produsen mempunyai jumlah terbanyak pada sebuah ekosistem. Selanjutnya jumlah konsumen tingkat I lebih banyak dari jumlah konsumen tingkat II. Jumlah konsumen tingkat II lebih banyak dari konsumen tingkat II, dan seterusnya.
Contoh Piramida Makanan












Gambar di atas adalah contoh dari piramida makanan. Piramida makanan sendiri dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan ekosistem mahluk hidup. Pengelompokannya yaitu piramida makanan ekosistem air dan piramida makanan ekosistem darat.
Piramida makanan dibagi menjadi 2 karena pada dasarnya, habitat dan makanan mahluk hidup secara umum terbagi menjadi darat dan laut. Oleh karena itu, jenis makanan, cara hidup, dan ekosistemnya juga pasti berbeda.





Gambar Piramida Makanan Ekosistem Air














Pada piramida makanan ekosistem air, contoh urutan posisi mahluk hidup pada piramida makanannya adalah phytoplankton menjadi produsen, ikan ukuran kecil dan sedang menjadi konsumen I, anjing laut menjadi konsumen II, dan paus pembunuh menjadi konsumen tingkat III.
Phytoplankton menjadi produsen karena jumlahnya sangat banyak dan menjadi cadangan makanan bagi sebagian besar mahluk hidup pada ekosistem air.
Konsumen I pada piramida makanan ekosistem air adalah ikan kecil dan ikan berukuran besar yang pada umumnya mengkonsumsi plankton.
Konsumen II pada ekosistem air adalah anjing laut dan ikan yang mengkonsumsi ikan yang lebih kecil.
Konsumen III pada piramida makanan adalah paus pembunuh. Piramida makanan pada biota air adalah ikan besar yang tidak ada organisme lain yang memangsanya. Contohnya adalah paus pembunuh dan paus biru.


Contoh Piramida Makanan Ekosistem Darat
Pada ekosistem darat, piramida makanan tidak hanya diisi oleh hewan saja. Akan tetapi, tumbuhan juga menjadi salah satu bagian penting dari piramida makanan ekosistem darat. Berikut ini rincian piramida makanan untuk ekosistem darat.
Produsen pada piramida makanan ekosistem darat dihuni oleh berbagai tumbuhan seperti rerumputan dan tumbuhan yang daunnya dikonsumsi oleh sebagian besar populasi binatang di daratan.
Konsumen I ekosistem darat contohnya adalah serangga dan tikus yang memakan tumbuhan dan sejenisnya.
Konsumen II diisi oleh katak, ayam dan hewan sejenisnya yang mengkonsumsi serangga dan belalang.
Konsumen III pada piramida makanan ekosistem darat adalah burung elang, ular, dan hewan lain pemangsa ayam dan hewan sejenisnya.

Jenis-jenis Piramida Makanan













Jika dibahas lebih rinci lagi, piramida makanan sebenarnya bisa dikelompokkan sesuaidengan siklus rantai makanan. Hal ini disebabkan karena siklus makanan mahluk hidup berbeda. Contohnya adalah hewan dengan habitat di hutan, gurun, dan habitat lainnya. Piramida makanan dibagi menjadi 3, yaitu piramida energi, biomassa, dan populasi.
Contohnya, untuk pembagian piramida di wilayah hutan, untuk konsumen tingkat III diisi oleh singa, macan, cheetah, dan lai-lain. Kemudian konsumen II diisi hewan sejenis rusa, kijang, kambing, dan banteng atau buffalo. Jenis ini dinamakan piramida biomassa.
Konsumen I pada habitat hutan adalah serangga, hewan kecil, dan jenis-jenis hewan pengerat lainnya. Kemudian pada tingkat produsen diisi tumbuhan sejenis pohon yang daunnya dikonsumsi hewan lain dan juga berbagai jenis rumput yang menjadi sumber makanan bagi makhluk hidup di daerah hutan.

1. Piramida Energi
Pada piramida energi, tingkatan piramida juga biasa dikategorikan sebagai trofik I (produsen) trofik II (konsumen I) dan seterusnya. Sama seperti pada pembagian piramida makanan, semakin tinggi angka atau nilai trofik, maka jumlah atau populasinya semakin kecil.
Pada piramida energi jumlah organisme pada tingkat trofik I mempunyai jumlah paling banyak, dan pada tingkat tropfk 4 jumlahnya paling sedikit. Terdapat beberapa alasan jumlah pada setiap trofik semakin berkurang. Pertama, tidak semua makanan pada trofik 1 dimakan oleh mahluk hidup pada trofik 2. Makanan yang tersedia pada trofik tertentu tidak dapat diolah oleh sebagian mahluk hidup menjadi energi, sehingga hanya menghasilkan kotoran saja.
Makanan yang dicerna oleh makhluk hidup tidak semuanya menjadi tambahan organ tubuh atau peningkatan berat tubuh. Akan tetapi sebagian dikeluarkan dan sisanya menjadi energi. Piramida energi berfungsi menghitung aliran energi pada ekosistem tertentu dengan satuan (kal/m²/th).





2. Piramida Biomassa
 
Piramida biomassa adalah piramida makanan yang memadukan massa dari seluruh organisme pada suatu lingkungan tertentu. Setelah itu, berat setiap organisme diukur dalam satuan gram. Berat tersebut diambil dari satuan berat rata-rata organisme dengan menggunakan rumus perkiraan yang sudah ditentukan.
Piramida biomassa dibagi menjadi 2, yaitu piramida terbalik dan piramida tegak. Piramida tegak berisi organisme pada habitat air, sedangkan piramida tegak untuk organisme pada habitat darat.
3. Piramida Populasi
 
Piramida populasi berisi informasi tentang jumlah populasi untuk sebuah ekosistem secara umum. Piramida populasi biasanya dibagi menjadi organisme yang menjadi mangsa dan organisme yang menjadi pemangsa. Keseimbangan jumlah organisme yang sesuai adalah jumlah mangsa harus lebih banyak dari jumlah pemangsa.
Sebagai contoh pada bagian dasar piramida ditempati oleh organisme penghasil makanan atau produsen yang jumlah nya lebih banyak dari jumlah organisme herbivora yang berada di atasnya. Demikian juga jumlah organisme herbivora juga lebih banyak daripada organisme karnivora yang ada di atasnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa semakin ke atas populasi dari organisme pada setiap tingkatan itu semakin sedikit jumlahnya. Sehingga membuat sumber makanan tidak akan pernah habis. Namun apabila terjadi hal sebaliknya, maka bakal terjadi kepunahan karena kurangnya sumber makanan.
C.   Hubungan Intraspesifik dan interspesifik
Hubungan intraspesifik
Hubungan intraspesifik adalah hubungan antara individu yang satu dengan yang lain dalam satu populasi. Hubungan intraspesifik itu antara lain:
a. kompetisi, biasanya untuk mendapatkan makanan. 
b. Kanibalisme, biasanya untuk menyakiti sesamanya.
c. Amensalisme, hubungan yang merugikan yang lain tapi diri sendiri tidak dapat apa-apa.
Hubungan interspesifik adalah hubungan antara organisme-organisme dalam populasi yang berbeda. Hubungan yang termasuk interspesifik antara lain:
a. Mutualisme, hubungan yang saling menguntungkan.
b. Komensalisme, hubungan yang menguntungkan yang lain dan dirinya tidak dapat apa-apa.
c. Parasitisme, hubungan yang merugikan yang lain tapi menguntungkan dirinya.
d. Predatorisme, perburuan makanan.
Hubungan Intraspesifik
Hubungan intraspesifik adalah hubungan antara dua individu dalam satu organisme atau jenis.
1. Kompetisi
Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu macam sumber daya, sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah satu pihak. Kompetisi dapat terjadi antar individu dalam satu populasi dan individu dari populasi lain yang berbeda. 
Sumber daya yang diperebutkan dalam kompetisi ini dapat berupa makanan, energi, tempat tinggal, bahkan pasangan kawin. Persingan dalam hal sumber daya runga atau tempat tinggal terjadi jika terjadi ledakan populasi sehingga hewan berdesak-desakan di suatu tempat tertentu. Dalam kondisi ini hewan –hewan yang kuat mengusir hewan lemah untuk pindah dari kelompoknya atau meninggalkan tepatnya.
2. Kanibalisme 
Kompetisi biasanya membawa serta hubungan kekanibalan. Misalnya pada ayam yang bersaing mendapatkan makanan, mereka akan berebut makanan yang ada di dalam wadah dan akan saling mematuk untuk mendapatkan makanan. Kebiasaan mematuk itu dapat berkembang menjadi suatu sifat kanibalisme. Kanibalisme adalah sifat suatu hewan yang bertujuan untuk menyakiti dan membunuh individu lain dalam suatu jenis organisme.
Adanya ayam yang bersifat kanibalisme ini merugikan peternak ayam, karena ayam tersebut menyakiti ayam lain, dan kadang mematuk telur sampai pecah dan menghisap sampai pecah.Sifat kanibal juga dapat di jumpai di alam bebas, tidak hanya buatan manusia saja.
3. Amensalisme
Amensalisme dalah hubungan antara dua jenis organisme, yang satu menghambat atau merugikan yang lain, tetapi dirinya tidak mendapat pengaruh apa-apa dari kehadiran jenis organisme yang di hambat atau dirugikannya. Contoh hubungan seperti itu susah di cari pada komunitas hewan. Namun Jakson (1979, dalam Begon, 1990) menemukan hubungan amensalime ini pada jenis-jenis Bryozoa yang hidup di bawah karang di pantai Jamaika. Ia menemukan bahwa di antara 7 dari jenis kelompok Bryozoa yang saling bersaing persentase kemenangan berkisar antara 50% (kompetisi simetris) sampai 100% (amensalisme)
Hubungan Interspesifik
Hubungan interspesifik adalah hubungan antar dua individu yang berbeda jenis.
2. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antar dua jenis organisme atau individu yang saling menguntungkan , tanpa ada yang mengalami kerugian. Dalam hubungan ini dua individu ada yang selalu hidup bersama dan ada pula yang tidak. Smith (1992) menyebutkan ada beberapa macam hubungan mutualisme antara lain:
a. Mutualisme Obligat atau Simbiotik, dalam hubungan ini dua individu yang berhubungan selalu hidup bersama.
b. Mutualisme Nonsimbiotik, dalam hubungan ini dua individu yang behubungan hidup terpisah, namun pasangannya tetap atau tidak berubah.
c. Mutualisme Fakultatif, kedua individu yang berhubungan tidak hidup bersama, dan pasangannya berubah atau tidak tetap.
3. Komensalisme
Komensalisme adalah hubungan antara dua jenis organisme, yang satu memberikan kondoso yang menguntungkan bagi yang lain sedangkan dirinya sendiri tidak terpengaruh oleh kehadiran jenis organisme lain itu.

REFERENSI

Campbell, N.A; Reece, J.B; Mitchell, L.G. 2002. Biologi Diterjemahkan oleh R. Lestari dkk. (edisike-5 jilid 3). Jakarta: Erlangga.

Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang

Sumarto S dan Koneri R. 2016. Ekologi Hewan. Cv. Patra Media Grafindo. Bandung.

Soroyo Sumarto,Roni Koneri ,. 2016. Ekologi Hewan. Bandung: CV Patra Media Gravindo.

Wilkinson dan Cotton . 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-PRESS


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh critical jurnal review psikologi uinsu

Critical Jurnal Review Internasional Psikologi Pendidikan Uinsu

Respon Hewan Terhadap Lingkungan Abiotik dan Siklus Biogeokimia